Kabupaten Sumedang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Sumedang, sekitar 45 km Timur Laut Kota Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Indramayu di Utara, Kabupaten Majalengka di Timur, Kabupaten Garut di Selatan, Kabupaten Bandung di Barat Daya, serta Kabupaten Subang di Barat.
Kabupaten Sumedang terdiri atas 26 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Sumedang, ibukota kabupaten ini, terletak sekitar 45 km dari Kota Bandung. Kota ini meliputi kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan. Sumedang dilintasi jalur utama Bandung-Cirebon.
Bagian Barat Daya wilayah Kabupaten Sumedang merupakan kawasan perkembangan Kota Bandung. IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri), sebelumnya bernama STPDN (Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri), serta Universitas Padjadjaran berlokasi di Kecamatan Jatinangor.
Sebagian besar wilayah Sumedang adalah pegunungan, kecuali di sebagian kecil wilayah Utara berupa dataran rendah. Gunung Tampomas (1.684 m), berada di Utara Sumedang.
Sejarah
Pada mulanya Kabupaten Sumedang adalah sebuah kerajaan di bawah kekuasaan Raja Galuh. Didirikan oleh Prabu Geusan Ulun Aji Putih atas perintah Prabu Suryadewata sebelum Keraton Galuh dipindahkan ke Pakuan Pajajaran, Bogor. Seiring dengan perubahan zaman dan kepemimpinan, nama Sumedang mengalami beberapa perubahan. Yang pertama yaitu Kerajaan Tembong Agung (Tembong artinya nampak dan Agung artinya luhur) dipimpin oleh Prabu Guru Aji Putih pada abad ke-12. Kemudian pada masa zaman Prabu Tajimalela, diganti menjadi Himbar Buana, yang berarti menerangi alam, dan kemudian diganti lagi menjadi Sumedang Larang (Sumedang berasal dari Insun Medal/Insun Medangan yang berarti aku dilahirkan, dan larang berarti sesuatu yang tidak ada tandingnya).Sumedang Larang mengalami masa kejayaan pada waktu dipimpin oleh Pangeran Angka Wijaya dan Prabu Geusan Ulun sekitar tahun 1578, dan dikenal luas hingga ke pelosok Jawa Barat dengan daerah kekuasaan meliputi wilayah Selatan sampai dengan Samudera Hindia, wilayah Utara sampai Laut Jawa, wilayah Barat sampai dengan Cisadane, dan wilayah Timur sampai dengan Kali Pamali.
Kerajaan ini kemudian menjadi vazal Kesultanan Cirebon, dan selanjutnya berada di bawah kendali Kesultanan Mataram, di masa Sultan Agung. Pada masa Mataram inilah teknik persawahan diperkenalkan di tanah Pasundan dan menjadi awal istilah "gudang beras" untuk daerah antara Indramayu hingga Karawang/Bekasi. Dalam strategi penyerangan Sultan Agung ke Batavia wilayah Sumedang dijadikan wilayah penyedia logistik pangan. Selain itu, aksara Hanacaraka juga diperkenalkan di wilayah Pasundan pada masa ini, dan dikenal sebagai Cacarakan. Pusat kota Sumedang juga dirancang pada masa ini, mengikuti pola dasar kota-kota Mataraman lainnya. Sebelum Bandung dibangun pada abad ke-19, Sumedang adalah salah satu pusat budaya Pasundan yang penting.
Ketika Pakubuwono II harus memberikan konsesi kepada VOC, wilayah kekuasaan Sumedang diberikan kepada VOC, yang kemudian dipecah-pecah, sehingga wilayah Sumedang menjadi seperti yang sekarang ini.
Pangeran Aria Soeriaatmadja (bupati Sumedang di tahun 1882 – 1919), juga dikenal dengan julukan "Pangeran Mekkah", karena wafat di Makkah |
Daftar bupati Sumedang
Berikut adalah nama-nama bupati Sumedang:- Pangeran Koesoemahdinata I (Pangeran Santri) : 1530-1578
- Pangeran Koesoemahdinata II (Prabu Geusan Ulun) : 1578-1601
- Pangeran Koesoemahdinata III (Pangeran Rangga Gempol I) : 1601-1625
- Pangeran Koesoemahdinata IV (Pangeran Rangga Gede) : 1625-1633
- Raden Bagus Weruh (Pangeran Rangga Gempol II) : 1633-1656
- Pangeran Koesoemahdinata V (Pangeran Panembahan/Pangeran Rangga Gempol III) : 1656-1706
- Dalem Adipati Tanoemadja : 1706-1709
- Raden Tumenggung Koesoemahdinata VII (Pangeran Rangga Gempol IV/Pangeran Karuhun) : 1709-1744
- Dalem Istri Radjaningrat : 1744-1759
- Dalem Adipati Koesoemahdinata VIII (Dalem Anom) : 1759-1761
- Dalem Adipati Soerianagara II : 1761-1765
- Dalem Adipati Soerialaga : 1765-1773
- Dalem Adipati Partakoesoemah (Tusschen Bestur Parakanmuncang) : 1773-1789
- Dalem Aria Satjapati III : 1789-1791
- Raden Tumenggung Soerianagara (Pangeran Koesoemahdinata IX/Pangeran Kornel) : 1791-1828
- Dalem Adipati Koesoemahjoeda (Dalem Ageung) : 1828-1833
- Dalem Adipati Koesoemahdinata (Dalem Alit) : 1833-1834
- Raden Tumenggung Soeriadilaga : 1834-1836
- Pangeran Soeria Koesoemah Adinata (Pangeran Sugih) : 1836-1882
- Pangeran Aria Soeriaatmadja (Pangeran Mekkah) : 1882-1919
- Adipati Aria Koesoemadilaga : 1919-1937
- Tumenggung Aria Soeria Koesoema Adinata : 1937-1946
- Tumenggung Hasan Satjakoesoemah : 1946-1947
- Tumenggung Mohamad Singer : 1947-1949
- Tumenggung Hasan Satjakoesoemah : 1949-1950
- Raden Abdoerachman Kartadipoera : 1951-1958
- Sulaeman Soemitakoesoemah : 1951-1958
- Antam Sastradipura (Kepala Daerah) dan R. Enoh Soeriadikoesoemah (Pj. Bupati) : 1958-1960
- Mohamad Chafil : 1960-1966
- Adang Kartaman : 1966-1970
- Drs. Supian Iskandar (Pj. Bupati) : 1970-1972
- Drs. Supian Iskandar : 1972-1977
- Drs. Soeyoed (Pj. Bupati) : 1977-1978
- Drs. H. Kustandi Abdoerachman : 1978-1983
- Drs. H. Sutardja : 1983-1993
- Drs. H. Moch Husein Jachjasaputra : 1993-1998
- Drs. H. Misbach : 1998-2003
- H. Don Murdono, S.H., M.Si : 2003-sekarang
Sumber: Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar